Geografi
Secara geografis Kota Bekasi berada pada ketinggian 19
m di atas permukaan laut. Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta;
berbatasan dengan Jakarta Timur di barat, Kabupaten Bekasi di
utara dan timur, Kabupaten Bogor di selatan, serta Kota Depok di
sebelah barat daya.
Dari total luas wilayahnya, lebih dari 50% sudah
menjadi kawasan efektif perkotaan dengan 90% kawasan perumahan, 4% kawasan
industri, 3% kawasan perdagangan, dan sisanya untuk bangunan lainnya.
Sejarah
Bekasi tempo dulu merupakan ibu kota Kerajaan
Tarumanegara dengan sebutan Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Di kota
inilah asal Maharaja Tarusbawa, pendiri Kerajaan Sunda menurunkan
raja-raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu
Ragumulya, penguasa Pajajaran yang terakhir.
Pada masa kolonial Hindia-Belanda, Bekasi merupakan
salah satu kewedanaan di dalam Kabupaten Meester Cornelis, yang termasuk
ke dalam wilayah karesidenan Batavia En Omelanden. Saat itu kehidupan
masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina. Kondisi ini
terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer
Jepang turut mengubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di
semua sektor kehidupan. Regenschap Meester Cornelis menjadi Ken Jatinegara yang
wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman. Pada tahun
1950, Kabupaten Meester Cornelis (Jatinegara) berubah nama menjadi Kabupaten
Bekasi. Dan Kota Bekasi merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang
kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun 1982 menjadi kota
administratif Bekasi. Kota Bekasi saat itu terdiri atas empat kecamatan
yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara,
serta meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Pada tahun1996 kota
administratif Bekasi kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya (sekarang
"kota").
Berdasarkan sensus tahun 2011, kecamatan Bekasi
Utara merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Bekasi,
yakni sebesar 12.237 jiwa/km² dan kecamatan Bantar Gebang dengan
kepadatan 4.310 jiwa/km² menjadi yang terendah. Sementara pencari kerja di
kota ini didominasi oleh tamatan SMA atau sederajat, yakni sekitar
65,6% dari total pencari kerja terdaftar.
Sebagai kawasan hunian masyarakat urban, Bekasi banyak
membangun kota-kota mandiri, di antaranya Kota Harapan Indah, Kemang Pratama,
dan Galaxi City. Selain itu pengembang Summarecon Agung juga sedang
membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 240 ha di kecamatan Bekasi
Utara. Seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah ke atas,
Bekasi juga gencar melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan
mewah.
Perekonomian
Tahun
|
Jumlah
penduduk
|
1.773.470
|
|
1.800.746
|
|
2.336.489 [9]
|
|
Sejarah
kependudukan kota Bekasi
Sumber:[10] |
Perekonomian Bekasi ditunjang oleh kegiatan
perdagangan, perhotelan, dan restoran. Pada awalnya pusat pertokoan di Bekasi
hanya berkembang di sepanjang jalan Ir. H. Juanda yang membujur sepanjang
3 km dari alun-alun kota hingga terminal Bekasi. Di jalan ini
terdapat berbagai pusat pertokoan yang dibangun sejak tahun 1978.
Selanjutnya sejak tahun 1993, kawasan sepanjang Jl.
Ahmad Yani berkembang menjadi kawasan perdagangan seiring dengan munculnya
beberapa mal serta sentra niaga. Pertumbuhan kawasan perdagangan
terus berkembang hingga jalan K. H. Noer Ali (Kalimalang), Kranji, dan
Kota Harapan Indah.
Selain itu keberadaan kawasan industri di kota ini,
juga menjadi mesin pertumbuhan ekonominya, dengan menempatkan industri
pengolahan sebagai yang utama.[11] Lokasi
industri di Kota Bekasi terdapat di kawasan Rawa Lumbu dan Medan
Satria.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat
menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Kecuali pada tahun 2004,
pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi selalu di atas Jawa Barat dan Indonesia. Pada
tahun 2004 ekonomi Kota Bekasi tumbuh 5,38% dan pertumbuhan ini lebih
tinggi dari Jawa Barat (4,77%) tetapi di bawah LPE Indonesia yang
mencapai 5,50%. Pada tahun 2005 dengan 5,65%, LPE Kota Bekasi sedikit
lebih tinggi dari Jawa Barat dan Indonesia dengan 5,62% dan 5,55%. Demikian
pula pada tahun 2006, LPE Kota Bekasi yang mencapai 6,07% masih lebih baik
dibandingkan Jawa Barat dan Indonesia yang hanya mencapai 6,01% dan 5,48%.
Pemerintahan dan Perwakilan
Pada tanggal 16 Desember 2012,
diselenggarakan pilkada untuk memilih wali kota beserta wakilnya,
yang diikuti oleh lima pasang calon. Pada pilkada tersebut terpilih pasangan
Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu, yang akan menjabat pada periode
2013-2018. Pasangan ini didukung oleh empat partai politik yakni Partai Golkar,
PKS, PKB, dan Partai Hanura.
Berdasarkan Pemilu Legislatif 2009-2014 anggota DPRD
kota Bekasi berjumlah 50 orang. Tersusun atas perwakilan sebelas partai, yang
beranggotakan 43 laki-laki dan 7 perempuan.
Pendidikan
Saat ini terdapat 3110 sekolah, 62852 siswa dan 2260
guru yang terdaftar di seluruh kota Bekasi dan daerah sekitarnya. Di Kota
Bekasi terdapat 19 SMA yang terdiri atas 12 SMA Negeri, 2 Madrasah
Aliyah Negeri dan 2 SMALB Negeri yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Kota
Bekasi.
Infrastruktur
Untuk melayani warga
kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke
berbagai jurusan. Kereta komuter KRL
Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota mengangkut warga kota yang bekerja di
Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan
Harapan Indah. Saat ini pemerintah juga sedang merencanakan untuk membangun
monorel yang menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.
Di Kota Bekasi banyak
digunakan angkutan kota berupa minibus, berpenumpang maksimal 12 orang, yang
biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari
terminal Bekasi menuju berbagai perumahan di wilayah Kota Bekasi. Sedangkan becak masih digunakan sebagai sarana
angkutan dalam perumahan. Peningkatan jumlah ojek terjadi secara signifikan
seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor roda dua. Ojek digunakan
untuk transportasi jarak dekat (2–5 km) dan juga di dalam perumahan.
Sebagai kota satelit Jakarta, tingginya tingkat kemacetan
pada jam sibuk biasa terjadi terutama di jalan penghubung antara Jakarta Timur
dan Bekasi. Hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor,
yang tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan. Oleh sebab itu wilayah Kota
Bekasi dipersiapkan untuk pengembangan infrastruktur penunjang Ibu Kota
Jakarta. Lahan yang datar dinilai cocok untuk gedung, sarana transportasi dan
pusat bisnis. Rencana tata ruang Kota Bekasi itu tertuang dalam konsep pengembangan
Badan Kerjasama Pembangunan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak
dan Cianjur (Jabodetabekjur)
Kota Bekasi dilintasi
oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek,
dengan empat gerbang tol akses yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur,
Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakartadengan empat
gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas yang menghubungkan Pusat Kota dengan Bekasi
Utara, maka pemerintah bersama pengembang Summarecon Agung telah membangun
jalan layang sepanjang 1 km. Disamping itu pemerintah juga berencana akan
membangun jalan layang Bulak Kapal di Jalan Joyomartono, Bekasi Timur.
Untuk memenuhi
kebutuhan olahraga, saat ini pemerintah Kota Bekasi sedang membangun stadion
baru bertaraf internasional. Stadion ini memiliki kapasitas sekitar 30.000
tempat duduk, yang direncanakan akan menjadi kandang klub sepak bola Persipasi. Pemerintah juga menata beberapa
lapangan olah raga di GOR Bekasi, serta mempercantik taman kota.
No comments:
Post a Comment